klasemen la liga 2023/24

    Release time:2024-10-06 17:58:24    source:djarum4d jakarta   

klasemen la liga 2023/24,pertandingan liga primer mesir,klasemen la liga 2023/24

JPNN.com » Ekonomi » Pajak » Rencana Kenaikan PPN 12 Persen Meresahkan, Perekonomian Bisa Terpukul

Rencana Kenaikan PPN 12 Persen Meresahkan, Perekonomian Bisa Terpukul

Rabu, 15 Mei 2024 – 07:02 WIB Rencana Kenaikan PPN 12 Persen Meresahkan, Perekonomian Bisa TerpukulFacebook JPNN.comTwitter JPNN.comPinterest JPNN.comLinkedIn JPNN.comWhatsapp JPNN.comTelegram JPNN.comRencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025 meresahkan masyarakat. Ilustrasi restoran sebagai salah satu objek PPN. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025 meresahkan masyarakat.

Pasalnya, kata Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Ecky Awal Mucharam kenaikan PPN 12 persen bisa memukul mundur kondisi perekonomian masyarakat.

Menurutnya, pemerintah yang bersikukuh menaikkan PPN kontraproduktif dengan kondisi daya beli masyarakat saat ini.

Baca Juga:
  • Said Abdullah: Kenaikan PPN 12 Persen Membebani Rakyat dan Pelaku Usaha

“Rencana kenaikan PPN sangat menghimpit masyarakat. Ini akan memukul mundur daya beli masyarakat yang saat ini dihadapkan pada berbagai tekanan perekonomian” buka Ecky.

Menurutnya, beberapa tahun terakhir merupakan tahun tersulit yang dihadapi oleh masyarakat.

Ecky mencontohkan berbagai macam guncangan yang mengakibatkan pendapatan mereka tergerus karena gejolak perekonomian, mulai dari kenaikan harga harga bahan bakar minyak, bahan pokok dan lainnya.

Baca Juga:
  • Awas! Pertumbuhan Ekonomi Terhambat karena Kenaikan PPN jadi 12 Persen

Kemudian, beberapa waktu lalu masayarakay Indonesia juga merasakan kenaikan harga pangan khususnya beras. Belum usai beras meningkat, bahan pangan berbasis protein dan suku bunga kredit.

"Daya beli masyarakat benar-benar menghadapi pelemahan. Survei konsumen yang dilakukan oleh BI menunjukkan bahwa rasio konsumsi kelompok dengan pengeluaran di bawah Rp 5 juta sebagian besar mengalami penurunan. Penurunan paling dalam dicatatkan oleh kelompok pengeluaran Rp 2,1 juta - Rp 3 juta, diikuti kelompok pengeluaran Rp 4,1 juta - Rp 5 juta. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat makin terpukul," ungkap Ecky.