moto gp schedule

    Release time:2024-10-06 22:25:50    source:17421   

moto gp schedule,erek bekicot,moto gp schedule

6 Jenderal yang Gugur dalam Peristiwa G30S/PK
Peristiwa G30S/PKI pada 30 September 1965 adalah salah satu babak kelam dalam sejarah Indonesia, di mana enam jenderal militer gugur akibat pemberontakan yang dipimpin PKI. (Ilustrasi)

SALAH satu babak kelam dalam sejarah Indonesia terjadi pada 30 September 1965, saat pemberontakan yang dikenal dengan sebutan G30S/PKI mengguncang negeri. Pemberontakan ini dilancarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan tujuan menggantikan ideologi Pancasila yang sudah kokoh berdiri sebagai dasar negara Indonesia.

Keinginan PKI untuk membentuk "Angkatan Kelima" yakni kelompok buruh tani dan rakyat sipil bersenjata dengan jumlah hingga 10 juta orang memicu ketegangan dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang menolak keras usulan ini. 

Akhirnya, pemberontakan tersebut memakan korban dari kalangan petinggi militer Indonesia, terutama TNI AD. Enam jenderal gugur dalam peristiwa tersebut dan mereka kemudian diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Baca juga : Ini Kronologi Peristiwa G30S PKI 

Profil singkat enam jenderal yang menjadi korban peristiwa G30S/PKI

1. Jenderal Ahmad Yani

Lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922, Ahmad Yani adalah sosok penting dalam sejarah militer Indonesia. Ia menempuh pendidikan di Heiho, Magelang, dan bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) di masa penjajahan Jepang. Perannya semakin menonjol saat ia turut serta dalam menumpas pemberontakan PKI di Madiun pada 1948, serta menghadapi berbagai gerakan separatis seperti DI/TII. Karier militernya cemerlang hingga ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tahun 1962. Tragisnya, Jenderal Ahmad Yani tewas dalam peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965.

2. Letnan Jenderal Suprapto

Suprapto, lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920, adalah sosok yang karier militernya gemilang. Setelah menempuh pendidikan di Akademi Militer Kerajaan di Bandung, ia terpaksa menghentikan studinya karena pendudukan Jepang. Suprapto kemudian aktif dalam perebutan senjata dari Jepang dan bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai salah satu penentang gagasan Angkatan Kelima, ia menjadi sasaran dalam pemberontakan PKI dan gugur pada 1 Oktober 1965. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya.

3. Letnan Jenderal S. Parman

Siswondo Parman, atau lebih dikenal dengan S. Parman, lahir di Wonosobo pada 4 Agustus 1918. Sosok ahli intelijen ini pernah dikirim ke Jepang untuk mendalami pengetahuan di bidang tersebut. Setelah Indonesia merdeka, S. Parman turut andil dalam memperkuat militer dengan keahlian intelijennya. Ketika PKI mencetuskan gagasan Angkatan Kelima, S. Parman menyadari ancaman yang datang. Sayangnya, pada malam 1 Oktober 1965, ia diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya. Atas jasanya, S. Parman dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi.

Baca juga : Sejarah G30S PKI, Apa Itu PKI?

4. Letnan Jenderal M. T. Haryono

Mas Tirtodarmo Haryono, lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924, merupakan salah satu jenderal yang sangat berpengaruh dalam perundingan internasional berkat kemampuannya menguasai beberapa bahasa asing. Ia pernah menjabat sebagai Atase Militer Indonesia di Belanda dan memiliki peran penting dalam diplomasi militer. Namun, di tengah tugas-tugas beratnya, ia tak luput dari tragedi G30S. Pada 1 Oktober 1965, M. T. Haryono gugur sebagai salah satu korban kekejaman pemberontakan tersebut.

5. Mayor Jenderal D. I. Panjaitan

Donald Ignatius Panjaitan, yang lahir di Balige pada 9 Juni 1925, adalah seorang jenderal yang juga terlibat dalam pendidikan militer pada masa pendudukan Jepang. Setelah kemerdekaan, ia berperan besar dalam pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Panjaitan sempat menjalani pendidikan militer di Amerika Serikat sebelum akhirnya tewas dalam peristiwa G30S/PKI. Sebagai jenderal yang penuh dedikasi, Panjaitan juga dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi.

6. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo, lahir di Kebumen pada 28 Agustus 1922, adalah seorang jenderal yang memulai karier sebagai pegawai negeri sebelum akhirnya bergabung dengan TKR. Ia kemudian menjadi salah satu tokoh penting di Korps Polisi Militer dan pada 1961 menjabat sebagai Oditur Jenderal Angkatan Darat. Sayangnya, seperti para jenderal lainnya, ia turut menjadi korban dalam peristiwa kelam G30S, menutup perjalanan hidupnya sebagai seorang patriot bangsa.

Peristiwa G30S/PKI adalah tragedi yang meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia. Para jenderal yang gugur dalam peristiwa ini tidak hanya menjadi korban, tetapi juga pahlawan yang diingat atas pengabdian dan pengorbanan mereka dalam menjaga kedaulatan dan integritas bangsa. Kini, jasa mereka tetap dikenang sebagai pengingat akan pentingnya mempertahankan persatuan dan kesetiaan pada negara. (Z-3)